IDENTIFIKASI
WIRAUSAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM
(
Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan)
Oleh
Riki
Misgiantoro
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jamur
tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat
Indonesia, selain jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping dan
jamur shitake. Pada umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh masyarakat sebagai
sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. Namun
sebagian orang menjalankan bisnis olahan jamur tiram misalnya berbentuk keripik
jamur tiram dan bentuk lain. Jamur tiram
adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya.
Budidaya jamur tiram memiliki beberapa keunggulan dan kemudahan dalam
proses budidayanya sehingga dapat dikelola sebagai usaha sampingan ataupun
usaha ekonomis skala kecil, menengah dan besar.
Seperti halnya sosok wirausahawan yang saya kunjungi merupakan salah
satu dari sekian banyak wirausahawan yang sukses di dalm budidaya jamur tiram.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari laporan ini antara lain :
1.
Mengetahui deskripsi usaha budidaya jamur tiram
2.
Mengetahui kendala-kendala yang dialami dalam
budidaya jamur tiram
3.
Mengetahui karakteristik wirausahawan budidaya
jamur tiram
II.
PEMBAHASAN
A. Deskripsi
Usaha
Jenis
usaha : Budidaya jamur tiram
Nama
wirausahawan : Adi Saputra
Alamat :
Jl. Raden Imba Kesuma, Gg. Puskes, Kel.
Kemiling Raya, Kec. Kemiling
Aset
tetap : Kubung
rumah ( 6 m x 13 m ), bilik bambu, selang
air
Aset
bergerak : 1 sepeda
motor
Biaya
produksi : 1. Biaya untuk
aset tetap = Rp. 13.000.000
2. Biaya 10.000 bibit = Rp. 21.000.000
Tenaga kerja
Nama
|
Umur
|
Posisi
|
Pendidikan
|
Adi Saputra
|
35 tahun
|
Pemilik dan pengelola
|
SMA
|
Lisdiana Fathoni
|
33 tahun
|
Pemilik dan pengelola
|
SMA
|
Menurut pengakuan Pak Adi Saputra, usaha budidaya jamur tiram
miliknya sudah berjalan selama kurang lebih 3 tahun. Sebelum memulai bisnis ini, beliau berprofesi
sebagai seorang sopir namun karena ajakan teman dan tertarik dengan keuntungan yang
cukup menggiurkan akhirnya ia memutuskan untuk beralih profesi sebagai seorang
wirausahawan di bidang budidaya jamur tiram.
Menurutnya, beberapa hal penting dalam budidaya jamur yaitu pembibitan,
perawatan dan pemasaran. Dalam hal pembibitan,
ia membeli dari seorang pembibit di daerah Sumber Agung, Kemiling dan dalam 1
kali periode produksi, Pak Adi mengaku mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp. 21.000.000
untuk 10.000 bibit dengan periode waktu produktif bibit selama 4 bulan. Perawatan yang dilakukan cukup mudah yaitu
hanya menyiram bibit setiap pagi dan sore dengan tujuan menjaga agar ruangan
budidaya tetap lembab. Setelah 1 bulan
perawatan, akhirnya jamur tiram dapat dipanen setiap hari selama 3 bulan dengan
jumlah panen rata-rata perhari 60 kg. Jamur hasil panen tersebut dijual kepada
seorang pengumpul jamur dengan harga Rp. 12.000/kg. Biaya pengangkutan untuk menyetorkan jamur Rp.
200.000 sehingga penerimaan perhari = (12.000 x 60) – 200.000 = 720.000 –
200.000 = Rp. 520.000. Selain sebagai
pembudidaya jamur tiram, pasangan suami istri ini juga memiliki usaha lain
yaitu kantin mahasiswa di Jl. Soemantri Brojonegoro (depan fotocopy cahaya)
yang menjual berbagai jus buah, makanan dan jamur crispy yang merupakan hasil
olahan jamur miliknya.
B. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam
Usaha Jamur Tiram
Berdasarkan wawancara yang saya lakukan kepad Pak Adi, dapat
diketahui bahwa kendala-kendala yang dihadapi antara lain :
1.
Dalam
pembelian bibit terdapat bibit yang rusak, menurutnya setiap 10.000 bibit yang
dibelinya pasti ada yang rusak sekitar 200 bibit.
2.
Sulitnya
pemasaran dan harga yang turun sampai nominal Rp. 8.000 ketika musim panen
jamur serentak antar berbagai petani jamur sehingga jumlah stok di pasaran
melimpah.
3.
Mengalami
kekosongan stok jamur setiap 1 bulan pertama periode produksi.
Menurut Pak Adi,
kendala-kendala tersebut sudah dapat diatasi dengan cara antara lain :
1.
Masalah
kerusakan bibit dianggapnya sebagai suatu resiko berwirausaha sehingga tetap
mengoptimalkan bibit yang potensial adalah solusi yang tepat daripada harus
memikirkan bibit-bibit yang rusak tersebut.
2.
Saat
harga pasaran rendah, Pak Adi dan istrinya menyiasati dengan cara mengolah 20 %
jamur panennya menjadi kripik jamur karena lebih tahan
lama dan mudah untuk dipasarkan.
3.
Kekosongan
stok jamur diatasi dengan cara membeli jamur-jamur dari pengusaha jamur di
daerah Jl. Pramuka dan di sekitar Perumahan Bukit keiling Permai sehingga stok
jamur untuk ia setorkan kembali ke pengumpul langganannya tetap ada dan stok
untuk jamur crispy juga tetap tersedia.
C. Karakteristik Wirausahawannya
Berdasrkan dialog yang telah saya lakukan dan melihat dari
kelancaran usaha yang dijalani Pak adi, saya dapat melihat beberapa
karakteristik dari beliau antara lain :
1.
Berani
mengambil resiko dan keputusan, hal ini ditunjukkannya dengan meninggalkan
profesinya sebagi sopir dan merintis karir wirausahanya.
2.
Kreatif
dan inovatif, hal ini ditunjukkannya dengan membuat jamur crispy dan membuat
keripik jamur ketika harga jamur rendah dan sulit dipasarkan.
3.
Sikap
gigih, tekun dan terbuka terhadap orang lain.
4.
Mempunyai
tujuan dan arah pengembangan usaha yang dijalaninya.
III.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas antara lain sebagi berikut
:
1.
Usaha
budidaya jamur tiram merupakan usaha yang menguntungkan karena perawatan yang
tidak terlalu sulit tetapi satu hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa modal
untuk menjalankan usaha ini cukup besar.
2.
Kendala-kendala
yang sering dihadapi oleh wirausahawan tersebut yaitu selalu adanya kerusakan
pada bibit-bibit jamur tiram dalam setiap periode produksinya, sulitnya
pemasaran dan rendahnya harga saat jumlah jamur dipasaran meningkat dan
kurangnya stok pada setiap bulan pertama periode produksi.
3.
Pada
dasarnya karakteritik wirausahawan tersebut mirip dengan teori-teori yang ada,
antara lain bersikap kreatif, inovatif, gigih, tekun, berani mengambil resiko
dan keputusan serta visioner dan tebuka.
0 komentar:
Posting Komentar