Minggu, 26 Januari 2014






METODE-METODE PARTISIPATIF DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
( Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat )







Oleh :
Indah Ayu Dianti                    1214131048
Iqbal Lazuardi P                     1214131050
Julaily Eka Saputra                 1214131052
Linda Soina F.H                     1214131056
Riki Misgiantoro                     1214131084










JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013






METODE-METODE PARTISIPATIF DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT



1.        Pengantar

Menurut Rogers, partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota dalam mengambil keputusan, termasuk dalam perencanaan. Namun pada dasarnya Partisipasi berarti ikut serta, tetapi dalam bahasa kita hampir tidak ada perbedaan antara kata tersebut sebagai kata kerja (to participate) atau kata benda (participation).
Asngari (2001: 29) menyatakan bahwa, penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran serta semua pihak itu diperlukan : (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis, dan (2) terbinanya kebersamaan. Selanjutnya Slamet (2003: 8) menyatakan bahwa, partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.
Alasan mengapa keikutsertaan (partisipasi) masyarakat dikatakan penting pada masa   pembangunan sekarang, antara lain :
1).  Kita sedang berada dalam masa transisi dalam pembangunan era   
      pertanian ke era industri 
2).  Terciptanya demokrasi dan keterbukaan dalam kehidupan berbangsa   
      dan bernegara
3).  Sebanyak 27 juta rakyat Indonesia masih hidup dibawah garis
      kemiskinan
4).  Berkembangnya etos kerja yang negatif
5).  Masih terjadi pemisahan golongan antara kaum elite dan kaum
      bawahan. (Joko, 2012)
Analisis proses partisipasi atau keikutsertaan masyarakat ini menjadi sangat penting karena dengan demikian usaha komunikasi program pembangunan ke dalam masyarakat akan memperoleh hasil yang maksimal. Analisis yang di maksud adalah :
a)      Tahapan penumbuhan ide untuk membangun dan perencannaan
Dalam tahap ini kita harus melihat, apakah pelaksanaan program tersebut didasarkan ats gagasan atau ide yang tumbuh dari kesadaran masyarakat serdiri atau diturunkan dari atas. Jika datangnya dari masyarakat itu sendiri karena  didorong oleh tuntutan situasi dan kondisi yang menghimpitnya pada saat itu maka peran aktif masyarakat akan  lebih baik dan juga sebaliknya. Jika masyarakat diikut libatkan  di dalam proses  perencanaan untuk membangun daerahnya, maka dapat dpastikan bahwa seluruh anggota masyarakat merasa dihargai sebagai manusia yang dihargai sebagai manusia yang memilki potensi dan kemampuan sehingga mereka lebih mudah berperanserta aktif dalam melaksanakan, melestarikan program pembangunan tersebut.
b)      Tahap pengambilan keputusan
Landasan filosofi dalam tahap ini adalah bahwa setia orang akan merasa dihargai jika mereka diajak untuk berkomprimi, memberikan pikiran-pikirannya dalam membuat suatu keputusan untuk membangun diri, keluarga, daerah, bangsa dan negaranya. Keikutsertaan anggota atau seseorang di dalam pengambilan suatu keputusan secara psikososial telah memaksa anggota masyarakat yang bersangkutan untuk turut bertanggungjawab dalam melaksanakan, mengembangkan setiap paket program yang di komunikasikan. Mereka merasa memiliki tanggung jawab secara penuh tehadap keberhasilan program yang dilaksanakan. Dengan demikian dalam diri masyarakat akan tumbuh rasa tanggung jawab secara sadar kemudian berprakarsa untuk berpartisipasi secara positif dengan penuh kesadaran.

c)      Tahap pelaksanaan dan evaluasi
Landasan filosofi dalam tahapan ini adalah prinsip learning by doing dalam metode belajar orang dewasa. Tujuan melibatkan masyarakat dalam tahap pelaksanaan adalah agar masyarakat dapat mengetahi secara baik tentang cara-cara melaksanakan program sehingga nantinya mereka secara mandiri mampu melanjutkan, meningkatkan, serta melestarikan program pembangunan yang dilaksanakan. Tujuan lainnya adalah untuk menghilangkan kebergantungan masyarakat terhadap pihak luar (komunikator atau penyuluh). Sedangkan dalam hal mengevaluasi, masyarakat diarahkan untuk mampu menilai sendiri dengan mengungkapkan tentang apa yang mereka tahu dan apa yang mereka lihat. Mereka diberi kebebasan untuk menilai sesuatu dengan apa yang ada dibenaknya, pengalaman, kelebihaan, kelemahan, manfaat, hambatan dan faktor pelancar dari program tersebut.
d)     Tahap pembagian keuntungan
Tahap ini menekankan pada tahap pemanfaatan program pembangunan yang diberikan secara merata kepada anggota masyarakat. Pertimbangan pokok dalam menerapkan suatu program jika dilihat dari aspek keuntungan ekonomis adalah program tersebut akan memberikan kesuksesan secara ekonomis kepada anggotanya. (Joko, 2012)

2.  Alternatif metode partisipatif untuk pengembangan masyarakat
Habermas (1990), membedakan tiga jenis ilmu dan pengetahuan berdasarkan kepentingan atau fungsinya, yaitu: pertama, empiris analitis, adalah membangun hubungan-hubungan kausal yang mendasar dalam kepentingan untuk mengontrol alam dengan kepentingan teknis menghasilkan informasi yang akan menambah penguasaan teknis manusia.  Kedua, historis hermeneutis, adalah kebutuhan manusia dalam melakukan komunikasi yang penuh pengertian yang ditujukan untuk kepentingan praktis dan menghasilkan interpretasi yang memungkinkan suatu orientasi bagi tindakan praktis manusia ke dalam kehidupan bersama; dan ketiga, sosial kritis ditujukan untuk kepentingan emansipatoris yang menghasilkan analisis yang membebaskan kesadaran manusia dari kungkungan dominasi kekuasaan dan struktural.
PAP sebagai alternatif metode dalam pengembangan masyarakat yang memposisikan penguatan modal sosial sebagai tujuan utama hendaknya ditempatkan ke dalam paradigma historis-hermeneutis dan dalam beberapa kasus dapat mengarah kepada sosial-kritis. Model penelitian aksi partisipatif (PAP) mulai banyak digunakan oleh akademisi dan LSM di beberapa negara. Isu utama yang dikaji melalui metode ini sebagian besar ditujukan untuk isu-isu organisasi petani miskin dan masyarakat, pendidikan orang dewasa (andragogi) serta pemberdayaan masyarakat miskin. Siklus PAP yang diawali dengan siklus sosial alamiah masyarakat secara otomatis akan menggerakkan tubuh masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Grunig (dalam Cutlip et al, 2000) bahwa terdapat tiga faktor yang menggerakan masyarakat untuk berubah dari status laten menjadi berstatus aktif. Ketiga faktor itu adalah:
a)      Pengenalan masalah menggambarkan taraf ketika orang sadar bahwa ada sesuatu yang hilang atau keliru dalam sebuah situasi, dan dengan demikian tahu bahwa mereka membutuhkan informasi.
b)     Pengenalan akan hambatan menggambarkan taraf ketika orang melihat diri mereka dibatasi oleh faktor eksternal versus melihat bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang berhubungan dengan situasi itu. Jika orang berpendapat bahwa mereka dapat melakukan perubahan atau memberi efek pada situasi masalah itu, mereka akan mencari informasi untuk membuat rencana bertindak.
c)      Tingkat keterlibatan menggambarkan taraf ketika orang melihat diri mereka terlibat dan dipengaruhi oleh sebuah situasi. Dengan kata lain, semakin mereka melihat diri mereka terhubungkan dengan suatu situasi, semakin mungkin mereka mengomunikasikannya.
Mengacu pendapat Grunig tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek partisipasi masyarakat merupakan hal penting dalam sebuah proses sosial. Partisipatif sebagai kata kunci dalam PAP, merupakan prinsip utama dalam seluruh aktivitas membangunan masyarakat dan diharapkan dapat menggerakkan masyarakat mulai dari awal proses pembangunan sosial.
Pengalaman empiris implementasi PAP di beberapa lokasi menggambarkan bahwa partisipasi masyarakat semakin meningkat untuk senantiasa melakukan proses perbaikan kondisi mereka, baik melalui mekanisme institusional maupun membangun trust, nilai-nilai baru serta networking yang merupakan bagian dari modal sosial. Implementasi PAP dalam pembangunan masyarakat yang dapat diamati adalah pada penguatan kelembagaan masyarakat desa hutan dalam implementasi program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Pemalang dan Randublatung. Masih jarangnya publikasi penerapan PAP di Indonesia baik karena minimnya penggunaan PAP atau hanya karena masalah teknis publikasi membuat korelasi positif penerapan PAP terhadap penguatan modal sosial masih lemah dalam tataran empiris.
3.  Enviromental Sacanning (ES)
     Menurut Hunger dan Wheelen (2000:53-54) : Environtmental scanning is monitoring, evaluating and disseminating of information from the external and internal environment to key people within the corporation. A corporation uses this tool to avoid strategic surprise and to ensure its long term health.
Fahey dan Narayanan (dalam Morrison, 1992) berpendapat bahwa environmental scanning yang efektif seharusnya dapat membantu pembuat keputusan mengetahui perubahan potensial yang terjadi di lingkungan eksternal mereka. Environmental scanning menyediakan penyelidikan strategik yang berguna dalam pemilihan keputusan strategi. Konsekuensi dari aktivitas ini adalah bertambahnya pemahaman akan dampak dari perubahan terhadap organisasi, membantu meramalkan, dan membawa harapan perubahan yang baik dalam pembuatan keputusan.Dari berbagai literatur yang ada, pada umumnya sebuah organisasi melakukan environmental scanning dengan tujuan untuk :
a)    Memahami perubahan kekuatan lingkungan, sehingga mereka mampu menempatkan diri dalam persaingan masa mendatang.
b)   Menghindari keterkejutan, identifikasi peluang dan ancaman, mencapai keunggulan kompetitif dan mengembangkan perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
c)    Untuk meningkatkan kesadaran para manajer tentang kemampuan potensial yang berpengaruh penting pada lingkungan industrinya dan mengidentifikasi ada tidaknya peluang dan ancaman di sekitar lingkungan.
d)   Untuk menghindari keterkejutan strategi dan menjamin kesehatan jangka panjang perusahaan.

Proses analisis lingkungan external harus dilakukan dengan dasar yang berkelanjutan. Proses ini meliputi empat kegiatan, yaitu :
a)         Scanning : mengidentifikasi tanda-tanda awal perubahan lingkungan dan 
        tren.
b)        Monitoring : menemukan arti melalui observasi secara terus-menerus
terhadap perubahan lingkungan dan tren.
c)         Forecasting : membuat proyeksi perkiraan hasil berdasarkan perubahan
       dan tren yang dimonitor.
d)        Assessing : menentukan waktu dan arti penting perubahan lingkungan dan 
       tren terhadap strategi dan manajemen perusahaan.

4.   Logical Framework Approach (LFA).
Metode ini telah diadopsi oleh banyak LSM dan lembaga donor dunia. Metode LFA dikembangkan oleh Leon J. Rosenberg ketika dikontrak USAID pada tahun 1969. Practical Concepts, Inc. sebuah perusahaan yang didirikan Rosenberg kemudian meluaskan penggunaan metode ini di 35 negara.
LFA secara meluas telah digunakan oleh beberapa lembaga donor bilateral maupun multilateral seperti GTZ, SIDA, NORAD, DFID, UNDP dan EC. Pada 1990an, metode ini yang seringkali disyaratkan agar digunakan pada proposal-proposal program, akan tetapi, beberapa tahun belakangan sudah lebih menjadi sebagai suatu pilihan.Sangat penting untuk membedakan dua istilah ini: Logical Framework Approach (LFA) dan LogFrame (LF). Kedua istilah ini terkadang membingungkan. LFA adalah metode desain proposal proyek, sedangkan LF adalah dokumen.
Beberapa keunggulan Logical Framework Approach:
1.      Mewadahi pernyataan dari semua komponen kunci dari suatu program. Ini sangat membantu khususnya saat ada pergantian staff dalam program tersebut.
2.      Dapat menjelaskan dan merunut secara logis bagaimana kemungkinan program itu bisa dimplementasikan.
3.      Membantu untuk mengenali skala prioritas capaian program, serta memastikan jika input dan output program tidak saling membingungkan antara satu dengan yang lain, dan mengidentifikasi capaian-capaian diluar target yang sebelumnya tidak diketahui.
4.      Menyediakan suatu dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi dengan mengidentifikasi indikator-indikator kesuksesan, dan maksud dari suatu perhitungan atau penaksiran (angka).
5.      Menjelaskan hubungan-hubungan yang mendasari penilaian terhadap efisiensi dan efektivitas program
6.      Mengidentifikasi faktor utama terkait kesuksesan dari sebuah program
7.      Mendorong pendekatan multidispliner untuk persiapan dan pengawasan dari suatu program. (nanang-publicity.blogspot.com)
5.  Participatory Impact Monitoring (PIM)
     PIM merupakan alat analisis baru untuk mengelola suatu program, yang didesain untuk proyek-proyek dalam bentuk kelompok atau organisasi yang mandiri, termasuk organisasi masyarakat. Peran pendamping dalam metode PIM adalah memfasilitasi terwujudnya PIM dalam proyek pengembangan masyarakat/ pengembangan komunitas. Prinsip pendekatan Participatory Impact Monitoring harus ada kepercayaan dan keinginan timbal balik untuk mengelola proyek dengan metode PIM Anggota masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan PIM berkeinginan untuk menerima perubahan. - Pendamping harus tegas dalam dukungan metodologi, dan diskusi harus dilakukan oleh kelompok masyarakat itu sendiri.
6.  Focus Group Discussion (FGD)
Wawancara kelompok dari sejumlah individu dengan status sosial relatif sama, yang memfokuskan interaksi dalam kelompok berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh pendamping yang berperan sebagai moderator dalam kelompok diskusi tersebut. Pendekatan FGD Partisipan atau peserta FGD dalam suatu diskusi tidak lebih dari sepuluh orang dengan status sosial atau tingkat jabatan formal yang relatif sama. Pemilihan partisipan atau peserta menjadi sangat selektif dan tergantung dengan topik yang akan didiskusikan dan keberhasilan pelaksanaan pengembangan masyarakat sangat tergantung pada peranan pendamping sebagai moderator FGD.
Focus Group Discussion telah digunakan dalam diskusi dari berbagai aspek media, mulai dari opera sabun tayangan televisi program untuk anak sampai isu politik. Dalam aplikasinya, peneliti menggunakan perangkat eksploratori untuk menghasilkan ide dan bahan-bahan untuk pengumpulan data pada skala yang lebih besar dengan menggunakan kuesioner. Bagaimana pun, penggunaan metode Focus Group Discussion ini kemungkinan sangat berguna dalam mencapai tujuan studi yaitu untuk mengoleksi data yang banyak yang dapat dianalisis dari perspektif interpretative (David Giles, 2003: 39).

7. Zielobjective Oriented Project Planning (ZOPP)

Perencanaan partisipatif melalui metode ZOPP ini dilakukan dengan menggunakan empat alat kajian dalam rangka mengkaji keadaan desa. Ada empat alat kajian dalam rangka mengkaji keadaan desa.
a.         Kajian permasalahan, dimaksudkan untuk menyidik masalah masalah yang terkait dengan suatu keadaan yang ingin diperbaiki melalui suatu proyek pembangunan.
b.        Kajian tujuan, untuk meneliti tujuan-tujuanyang dapat dicapai sebagai akibat dari pemecahan masalah masalah tersebut.
c.         Kajian alternatif (pilihan-pilihan), untuk menetapkan pendekatan proyek yang paling member harapan untuk berhasil.
d.        Kajian peran, untuk mendata berbagai pihak (lembaga, kelompok masyarakat, dan sebagainya) yang terkait dengan proyek selanjutnya mengkaji kepentingan dan potensi.

Melalui penggunaan alat kajian itu maka metode ZOPP bertujuan untuk mengembangkan rancangan proyek yang taat azas dalam suatu kerangka logis.

Metode ZOPP, dalam penerapannya dapat dikenali dari ciri ciri utamanya. Dibawah ini tertera cirri ciri utama metode ZOPP:
a. Adanya kerja kelompok, bahwa perencanaan dilakukan oleh semua pihak yang terkait dengan proyek (mencirikan keterbukaan)
b. Adanya peragaan, pada setiap tahap dalam perencanaan direkam secara serentak dan lengkap serta dipaparkan agar semua pihak selalu mengetahui perkembangan perencanaan secara jelas (mencirikan keterbukaan).
c. Adanya kepemanduan, yakni kerjasama dalam penyusunan perencanaan diperlancar oleh orang atau sekelompok orang yang tidak terkait dengan proyek, tetapi membantu untuk mencapai mufakat (mencirikan kepemanduan).

Metode ZOPP sangat mengandalkan pengetahuan, gagasan dan pengalaman yang dikontribusikan oleh peserta. Beberapa prinsip dasar yang penting dari metode ini adalah:
a)             Kerjasama semua para pihak akan lebih lancer dan produktif jika semua yang terlihat telah menyetujui tujuan bersama dan mengemukakannya secara jelas.
b)             Dalam kerjasama pembangunan, pemecahan atau penghapusan masalah harus diatasi dari akarnya-penyebabnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis masalah serta sebab akibatnya. Dari situ dapat dilakukan dirumuskan tujuan yang lebih realistis.
c)             Masalah dan penyebabnya tidak berada dalam isolasi, tetapi terkait dengan orang, kelompok dan organisasi. Oleh sebab itu, kita hanya bias berbicara tentang masalah jika kita meiliki pemahaman dan gambaran yang komprehensif tentang kepentingan dari kelompok, individu dan institusi yang terlibat.


























DAFTAR PUSTAKA

 

A. Dita Febriyanti. http://www.slideshare.net/adfebriyanti/ Diakses pada 8 

            Oktober 2013

Anonim. 2012. http://ilmupadi19.blogspot.com/ Diakses pada 8 

            Oktober 2013

Anonim. 2009. Logical Framework Approach dalam Penyusunan Program  

http://fasilitator-masyarakat.org Diakses pada 8 Oktober 2013

Cutlip, S.M., Center, A.H., Broom, G.M., 2000, Effective Public Relations, 

Eighth Edition, Prentice Hall International, Inc.

 

Habermas, J., 1990, Ilmu dan Teknologi Sebagai Ideologi, LP3ES, Jakarta

Joko . 2012. Metode Pengembangan Partisipasi. http://kube-jamur.blogspot.com

Diakses pada 8 Oktober 2013

Merybude. 2012 http://ungubudeku.blogspot.com/ Diakses pada 8 Oktober 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 



0 komentar:

Posting Komentar

 
;