STRATEGI DAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
(
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat )
Oleh
:
Indah
Ayu Dianti 1214131048
Iqbal
Lazuardi P 1214131050
Julaily
Eka Saputra 1214131052
Linda
Soina F.H 1214131056
Riki
Misgiantoro 1214131084
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
STRATEGI DAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
A. Strategi Pengembangan Masyarakat
Ada 3 (tiga) strategi dasar dalam pengembangan masyarakat, yaitu Strategi
Empiris-rasional, Strategi Normatif-reedukatif, dan Strategi Kekuasaan-Paksaan
(Power-Coercive). Seperti dijelaskan pada bagian terdahulu, pemilihan strategi
yang tepat didasarkan kepada asumsi-asumsi yang digunakan oleh perencana
terhadap kondisi masyarakat. Asumsi tentang masyarakat memberikan pijakan
kepada perencana untuk mennetukan berbagai hal yang harus dipersiapkan dan
dilakukan kemudian dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.
1.
Strategi Empiris-Rasional
Strategi Empiris Rasional didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai
berikut:
a) Manusia adalah mahluk rasional. Dengan demikian, musuh utama
rasionalitas manusia adalah kebodohan dan tahayul.
b) Manusia akan mengikuti kepentingan dirinya yang rasional.
c) Manusia akan menerima perubahan jika perubahan tersebut dapat
diterima dan dibenarkan secara rasional. Untuk itu, agen perubahan harus dapat
menunjukkan manfaat perubahan bagi sasaran perubahan. Karena apabila manfaat
dari perubahan itu tidak dapat mereka terima atau tidak dapat terbukti, maka
mereka tidak dapat meyakini perlunya perubahan bagi mereka.
Tujuan yang ingin dicapai adalah perubahan pengetahuan melalui
informasi atau dasar pemikiran intelektual.
2.
Strategi Normatif-Reedukatif
Strategi Normatif-reedukatif didasarkan pada asumsi sebagai
berikut:
a) Pola tindakan dan perilaku
warga masyarakat didukung oleh
b) Norma-norma sosial-budaya,
dan
c) Komitmen individu terhadap
norma-norma.
d) Norma sosial-budaya didukung oleh sikap dan sistem nilai dari
indvidu (pandangan normatif yang memperkuat komitmen mereka).
e).Perubahan pola perilaku atau tindakan masyarakat hanya kaan
terjadi jika orang dapat digerakan hatinya untuk mengubah orientasi normatif
terhadap pola lama dan mengembangkan komitmen terhadap pola yang baru.
Tujuan yang ingin dicapai adalah perubahan siskap, perasaan, dan
pola hubungan.
3.
Strategi Power-Coercive
Strategi Power-coercive
didasarkan kepada asumsi:
1) Manusia akan mengikuti keinginan dari pihak lain yang
dipandangkan memiliki kekuasaan lebih besar. Terlebih lagi bila sebagian sumber
pemenuhan kebutuhan dia berada pada pihak tersebut.
2) Masyarakat yang memiliki tingkat intelektual yang rendah dan
situasi masyarakat yang anomi menuntut peran yang lebih besar dari penguasa
untuk melakukan inisiatif dan pengaturan.
3) Manusia akan mengikuti perubahan yang terjadi ketika tidak
memiliki daya daya tawar dan kemampuan untuk mengoreksi.
4) Unsur kekuasaan yang
digunakan :
a) Kekuasaan Politik
b) Kekuasaan Ekonomi
c) Kekuasaan Moral.
Tujuan yang ingin dicapai perubahan orientasi dan kemauan
mengikuti arah perubahan. Sebagai strategi dasar, operasionalisasinya akan
terkait dengan pendekatan dan model pengembangan masyarakat yang digunakan.
Untuk itu, perlu diperhatikan komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam
menyusun strategi pengembangan masyarakat.
B. Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan masyarakat
Robert C Anderson, Jon A Blubaugh, dan Huey B Long (para editor),
di dalam buku mereka yang berjudul “Approaches to Community Development,”
menguraikan ada enam pendekatan CD yaitu :
1. Pendekatan komunitas
(community approach)
2.Pendekatan menolong diri sendiri dengan informasi
(information self-help approach)
3. Pendekatan tujuan khusus, pemecahan masalah
(special-purpose, problem-solving approach)
4. Pendekatan demonstrasi
(demonstration approach)
5. Pendekatan eksperimental
(experimental approach)
6. Pendekatan konflik kekuasaan
(powerconflict approach).
Lee J Cary (dalam buku yang
sama) menjelaskan pendekatan komunitas menekankan tiga fitur atau bentuk pendekatan
yang berbeda yaitu :
1. Artisipasi popular atau
partisipasi luas (popular or broad-based participation)
2. Komunitas sebagai konsep
penting (community as an important concept)
3. Terkait dengan holistik
alami (holistic-nature concern).
Sedangkan
pendekatan special purpose lebih menekankan pada persoalan
khusus sebagai sasaran resolusi (Richard Thomas di dalam buku yang sama Bab
IV). Thomas mengilustrasikan persoalan air yang sangat khusus melewati
keterbatasan kriteria lokasi dari komunitas.
Haward Y McClusky menguraikan
pendekatan “information self-help” mengikuti logika dari pendekatan
komunitas dan “special purpose” dengan tesis: informasi yang tepat dan
bisa diaplikasikan oleh peserta CD yang memiliki pengetahuan pada waktu yang pas
bisa membuat perbedaan dalam perngembangan komunitas.
Strategi pendekatan
eksperimental menerapkan rancangan semi-eksperimental untuk kegiatan CD
(dijelaskan oleh William McNally Eversen dalam buku yang sama).
George S Abshier menjelaskan
perbedaan antara pendekatan eksperimental dengan demonstrasi yaitu kalau
pendekatan eksperimental mencari jawaban sedangkan pendekatan demonstrasi
percaya jawaban sudah tersedia di komunitas.
Raphael J Salmon dan George A
Tapper menjelaskan pendekatan dinamis terkait dengan konflik kekuasaan
(power conflict approach). Tesis mereka: kekuasaan adalah kekuatan
atau tenaga di dalam CD. Mereka melihat definisi lama kekuasaan harus diperluas
dalam konteks masyarakat masa kini.
Jack Rothman menguraikan ada
tiga pendekatan dalam community development (“Three Models of Community
Organization Practice” di dalam F Cox, J. Erlich, J Rothman, dan J Tropman
(Eds) “Strategies of Community Organization: A Book of Readings.”). Ketiga
pendekatan atau model itu adalah
1. localitydevelopment approach
2. Social planning approach
3. Social actionapproach.
Dari esensinya, keenam
pendekatan Anderson, Blubaugh, dan Long itu ada di dalam tiga pendekatan yang
diajukan Rothman. Rothman menggunakan 12 variable praktis untuk ketiga model
CD-nya yaitu :
1.Tujuan (goal categories)
2.Asumsi terkait dengan
struktur komunitas dan kondisi persoalan
(assumptions concerning community struture and problemconditions)
3. Strategi perubahan
(basic change strategy)
4. Karakteristik taktik dan
teknik perubahan characteristic change tactics and techniques)
5. Peran penting praktisi
(salient practitioner roles)
6. Medium perubahan
(medium of change)
7. Orientasi pada struktur
kekuasaan (orientation toward power structures)
8. Definisi batas dari sistem klien atau konstituensi komunitas
(boundary definitions of the community client system or constituency)
9. Asumsi terkait dengan kepentingan subbagian komunitas
(assumptions regardinginterests of community subparts)
10. Konsepsi kepentingan publik (conception of public interest)
11 Konsepsi dari populasi atau konstituensi klien
(conception of the client population or constituency)
12. Konsepsi peran dari klien
(conception of client role).
Locality development approach beranggapan
bahwa perubahan komunitas bisa terjadi optimal melalui partisipasi luas dari
berbagai spektrum masyarakat di tingkat lokal dalam menetapkan tujuan dan aksi.
Komunitas dibatasi oleh wilayah geografis tertentu.
Tujuan dari pendekatan locality
development adalah meningkatkan kapasitas komunitas, mengintegrasikan komunitas
dan membantu komunitas lebih mandiri, sehingga mampu menyelesaikan masalah.
Pendekatan ini mengasumsikan ada hubungan yang tidak serasi, ada persoalan
standar moral, dan komunitasnya adalah komunitas tradisional yang statis. Penerapan
pendekatan ini dalam strateginya adalah melibatkan seluruh anggota komunitas
untuk mencapai konsensus melalui komunikasi dan diskusi.
Praktisi yang menjalankan CD
berperan sebagai katalisator atau trainer. Praktisi sebagai katalisator
mendorong pembentukan kelompok kerja untuk mencari penyelesaian masalah.
Pendekatan ini melihat kekuasaan ada pada anggota di dalam struktur komunitas.
2.3 Perbedaan
Pendekatan
Cary, Ia menjelaskan
mengenai perluasan tiga keistimewaan tersendiri dari pendekatan komunitas,
yaitu : populer, atau berdasarkan partisipasi, komunitas sebagai satu
konsep yang oenting, dan holistic sebagai fokus.
Thomas. Ia menekankan
secara jelas bahwa “masalah yang khusus” adalah target dari resolusi, dengan
tidak mengabaikan teori yang dikemukakan Cary.
Mc Clunsky. Ia menjelaskan
mengenai teori yang dikemukakan Cary dan Thomas dengan lebih logis. Teorinya
menjelaskan bahwa informasi yang benar, akan membuat masyarakat yang
berpartisipasi menjadi lebih luas pengetahuannya dalam strategi ketika
dilakukan, sehingga dapat membuat perbedaan yang jelas dalam proses
pengambangan masyarakat.
Evensen. Ia menjelaskan hampir
sama dengan yang telah dikemukakan oleh Cary, Thomas, dan Mc Clunsky. Ia
menjelaskan mengenai fokus yang semakin berkembang diantara agen dan institusi
dalam proses pengembangan masyarakat.
Absher. Ia menekankan kepada
perbedaan diantara program ekperimental yang benar- benar terjadi dengan
demonstrasi. Maksudnya adalah kegiatan pendekatan eksperimental dilakukan
dalam rangka mencari jawaban, sedangkan demonstrasi dilakukan dengan keyakinan
bahwa jawaban tersebut telah ada.
Salmon dan Tapper. Mereka
mendiskusikan tentang pendekatan yang lebih dinamis, yaitu kekuatan dari
konflik untuk melakukan upaya pengembangan masyarakat kepada komunitas
tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
Ife, Jim. 1996. Community Development: Creating
Community Alternatives Vision. Analisysis and Practice. Melbourne. Longman.
Kenny, S. 1994. Developing Communities For The Future
Development The Australia. Australia : Nelson Australia Prelimited, Canbera.
Mardikanto, Totok. 2011. Pemberdayaan Masyarakat.
Surakarta. UNS Press
Mega,Y. 2013 http://yulitamega.wordpress.com
Diakses padaSabtu, 5 Oktober 2013
Moh. Ali Aziz. 2005. Dakwah Pengembangan Masyarakat.
Gramedia. Jakarta.
Nasdian, FT. 2006. Pengermbangan
Masyarakat (Community Development). Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, IPB
0 komentar:
Posting Komentar