Jumat, 04 April 2014

Pendekatan Tataniaga

PENDEKATAN TATANIAGA
(Tugas Responsi Tataniaga Pertanian)





Oleh
Kelompok 3

Khairuni Shalehah                   1214131055
Marietta Debora                      1214131061
M. Oldy Royantara                 1214131065
Muher Sukmayanto                 1214131067
Nuri Adi Wilaga                     1214131075
Riki Misgiantoro                     1214131084
Rio Khusnul Rizal                   1214131085
Ristaully Simarmata                1214131088











JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014







I.  PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Tataniaga adalah semua kegiatan yang diarahkan untuk mengenali dan memenuhi atau memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen ataupun pelanggan.  Tataniaga juga disebut dengan pemasaran atau dalam bahasa lain disebut marketing yang berasal dari kata market yang artinya pasar.  Sedangkan tataniaga pertanian adalah kegiatan yang menyalurkan produk-produk pertanian dan atau sarana produksi pertanian dari titik produksi sampai ke titik konsumsi disertai penciptaan kegunaan waktu, tempat, bentuk dan pengalihan hak milik oleh lembaga-lembaga tataniaga dengan melakukan satu atau lebih fungsi-fungsi tataniaga.

Dalam menelaah proses pergerakan tataniaga harus menggunakan beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan ini membantu kita dalam menciptakan sistem tataniaga yang baik. Tataniaga juga perlu melakukan pendekatan-pendekatan yang biasa digunakan untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam tataniaga hasil-hasil pertanian.  Pendekatan-pndekatan tersebut yaitu pendekatan serba barang, pendekatan serba lembaga, pendekatan serba fungsi, pendekatan teori ekonomi dan pendekatan sistem.

Setiap pendekatan tentu memilki hubungan yang saling terkait. Kompleksitas tata niaga produk pertanian mengimplikasikan sejumlah keadaan pasar yang menjual produk pertanian dengan berbagai kualitas, harga, karakteristik penjual dan pembeli, negosiasi harga sebagainya. Dalam upaya mempelajari realitas tata niaga produk pertanian yang tidak linier dan rumit diperlukan


alternatif pendekatan konseptual. Pendekatan konseptual dapat diartikan sebagai cara pandang terhadap suatu masalah dari satu sudut pandang tertentu, sehingga masalah tersebut menjadi semakin jelas dan mudah diselesaikan

1.2  Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam tataniaga
2.      Untuk mengetahui fungsi-fungsi dalam tataniaga pertanian
  




II.  ISI


Tataniaga adalah semua kegiatan yang diarahkan untuk mengenali dan memenuhi atau memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen ataupun pelanggan. Tataniaga pertanian adalah kegiatan yang menyalurkan produk-produk pertanian dan atau sarana produksi pertanian dari titik produksi sampai ke titik konsumsi disertai penciptaan kegunaan waktu, tempat, bentuk dan pengalihan hak milik oleh lembaga-lembaga tataniaga dengan melakukan satu atau lebih fungsi-fungsi tataniaga.

Untuk menelaah proses pergerakan komoditas tataniaga, pada dasarnya harus menggunakan beberapa pendekatan.  Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu pendekatan serba barang (commodity approach), pendekatan serba lembaga (institutional approach), pendekatan serba fungsi (functional approach), pendekatan teori ekonomi (economic theory approach) dan pendekatan sistem (system approach).  Masing-masing pendekatan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, maka harus memerlukan pendekatan lainnya agar dapat memberikan manfaat yang lebih menyeluruh.

Berikut ini beberapa pendekatan-pendekatan dalam tataniaga:
a.         Pendekatan serba barang (commodity approach)
Dalam pendekatan ini harus diawali dengan menetapkan komoditas pertanian apa yang harus dikaji.  Pendekatan seperti ini dinamakan pendekatan komoditas.  Kemudian bagi seorang peneliti harus mengamati dan mengikuti aliran komoditas tersebut dari titik produksi sampai dengan titik konsumsi terakhir dan secara simultan mempelajari gambaran perlakuan apasaja


terhadap komoditas pertanian tersebut dan bagaimana suatu komoditas
pertanian dipasarkan secara efisien. Kelebihan utama dalam pendekatan ini terletak pada proses penyederhanaan, sehingga dengan menitik-beratkan hanya pada satu komoditas pertanian saja maka kompleksitas situasi tataniaga dapat disederhanakan dan aliran komoditas pertanian dapat digambarkan secara jelas.

Oleh karena adanya kesulitan menentukan populasi masing-masing lembaga tataniaga, maka untuk keperluan menentukan sampel bagi masing-masing lembaga umumnya menggunakan teknik penarikan sampel “salju menggelinding” (snowbowling sampling), yaitu dengan terlebih dahulu menentukan tingkat pertama dari lembaga-lembaga tataniaga yang diteliti secara random sampling, sedangkan sample selanjutnya ditentukan berdasarkan arus pergerakan komoditas tersebut.  Pendekatan ini kurang memperhatikan konsep koordinasi antar tahapan tataniaga yang sangat penting untuk meningkatkan efisiensi sistem tataniaga secara keseluruhan.

b.        Pendekatan serba lembaga (institutional approach)
Lembaga yang dimaksudkan disini adalah lembaga yang mempunyai peran dalam aktivitas tataniaga–tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang penengah, pengolah, pedagang besar, pengecer, lembaga pengakutan, pengkreditan dan lain sebagainya.  Peneliti harus dapat menentukan lembaga-lembaga tataniaga yang benar-benar berperan dalam proses tataniaga untuk dikaji.

Lembaga tataniaga ini sangat penting, sebab merekalah yang melakukan proses pengambilan keputusan dalam proses tataniaga komoditas pertanian.  Tanpa adanya lembaga tataniaga ini, maka proses dan sistem tataniaga tidak akan mengalami perubahan, perkembangan dan proses-proses penyesuaian.  Selain itu tidak hanya penting bagi para produsen saja tetapi bagi lembaga-lembaga itu sendiri sehubungan dengan jasa-jasa yang telah mereka berikan, baik yang menguntungkan atau tidak.
c.         Pendekatan serba fungsi (functional approach)
Fungsi tataniaga merupakan kegiatan pokok yang harus dilakukan untuk menyelesaikan proses tataniaga.  Proses tataniaga meliputi beberapa fungsi yang harus dilaksanakan oleh produsen dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam mata rantai tataniaga serta harus diakomodasikan oleh produsen dan rantai saluran barang dan jasa.

Secara teoritis, fungsi-fungsi tataniaga dapat digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu :
1.      Fungsi Pertukaran (exchange function)
Fungsi pertukaran dapat terbagi lagi menjadi 2 fungsi, yaitu :
a.       Fungsi Pembelian
Pembelian merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemindahan dan atau pemilikan sejumlah barang untuk memenuhi kebutuhan pengguna.  Tujuannya, pembelian yang umum terjadi dapat dibedakan:
1.      Pembelian untuk konsumsi, adalah pembelian untuk lembaga pemerintahan, swasta, dan nyonya rumah tangga untuk keperluan konsumsinya.
2.      Pembelian untuk bahan baku bagi manufaktur untuk dijadikan barang jadi.
3.      Pembelian untuk dijual lagi, yaitu pembelian oleh pedagang untuk dijual lagi.

Dalam menganalisis pembelian dan pengumpulan seyogianya memperhatikan hal-hal yang berlaku dalam fungsi tersebut, yaitu :
1.    Menetapkan kuantitas dan kualitas dari barang-barang yang dibutuhkan
2.    Menentukan tempat, sumber-sumber pembelian dan pengumpulan barang
3.    Mengetahui keadaan pasar terutama mengenai persediaan barang, harga, macam barang dan barang substitusinya
4.    Merundingkan syarat-syarat pembelian
5.    Melaksanakan transaksi secara resmi dan pemindahan hak milik dari penjual ke pembeli termasuk waktu penyerahannya.

b.    Fungsi Penjualan
Penjualan merupakan salah satu bagian fungsi pertukaran yang diarahkan untuk mendapatkan permintaan konsumen (pelanggan) dari produk yang dihasilkan.  Tentu saja, agar respon permintaan itu tinggi, maka keinginan dang kepuasan konsumen harus tercapai.  Daya tarik kepuasan konsumen akan terjadi bila selalu dijaga kualitas yang baik, penetapan harga yang layak, tepat jumlah dan ukuran, tepat dalam waktu dan saling menjaga kepercayaan.  Dengan demikian, produsen atau pelaku tataniaga dapat meningkatkan produksi karena permintaan terus bertambah, menjaga keseimbangan penawaran dan permintaan dan memperoleh keuntungan yang lebih meningkat, karena biaya produksi per unit menjadi lebih rendah.

Pada dasarnya kegiatan penjualan dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1.    Penjualan melalui inspeksi (pengawasan dan pemeriksaan)
Penjualan melalui pengawasan atau pemeriksaan dimaksudkan adanya pemberian izin oleh para penjual kepada pembeli untuk memeriksa dan meneliti semua persediaan dari penjual sebelum pembeli memilih apa yang akan dibelinya atau untuk memeriksa semua barang-barang yang dipergunakan didalam ruangan penjualan tertentu.
2.    Penjualan melalui sampel (selling by sample)
Penjualan melalui sampel ini berdasarkan kepada prinsip-prinsip standarisasi, sehingga sampel dari barang yang diperdagangkan akan merupakan wakil untuk semua unit barang yang akan dijual.
3.    Penjualan melalui penggambaran (description)
Penjualan dengan penggambaran terjadi karena anggapan bahwa barang-barang akan bisa digunakan sedemikian rupa didalam katalog-katalog, sehingga dengan demikian tidak satu unit barang pun perlu ada pada waktu penjualan diselesaikan.
4.    Penjualan melalui kombinasi
Penjualan kombinasi antara selling by sampel, selling by inspection dan selling by description telah menjadi biasa didalam perdagangan yang modern.

2.      Fungsi Fisik (physical function)
Fungsi fisik dapat terbagi lagi menjadi 3 fungsi, yaitu:
a.       Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan berarti menahan barang-barang selama jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dengan dijual.  Ada beberapa tujuan akan pentingnya penyimpanan untuk produk-produk pertanian, yaitu:
1.    Produk bersifat musiman, sedangkan pola konsumsi tetap dari waktu ke waktu
2.    Adanya permintaan akan produk pertanian yang berbeda sepanjang tahun
3.    Perlu waktu untuk menyalurkan produk dari produsen ke konsumen
4.    Perlunya stok persedian untuk musim berikutnya
5.    Mengurangi fluktuasi harga yang berlebihan
6.    Menghindari serangan dan penyakit selama berlangsungnya proses tataniaga

Penyimpanan merupakan fungsi yang aktivitasnya bersifat produktif, sehingga memerlukan biaya untuk pemeliharaan fasilitas sarana penyimpanan, bunga modal fasilitas penyimpanan, resiko kerusakan barang, penurunan nilai, perubahan harga, dan keadaan ekonomi lainnya, serta pengadaan bahan-bahan pestisida dan peralatannya, konstruksi tempat penyimpanan sesuai karakteristik produk pertanian.


b.      Fungsi Pengolahan
Pengolahan produk terutama untuk produk-produk pertanian sangat strategis.  Hal ini dapat meningkatkan nilai guna karena, perubahan bentuk (form utility) akan memberikan keuntungan dan manfaat yaitu, kepuasan konsumen bertambah, meningkatkan nilai tambah, banyak menyerap tenaga kerja dan secara makro dapat meningkatkan efek berganda (multiplier effeck) dalam perekonomian.

c.       Fungsi Pengangkutan (Transportasi)
Fungsi pengengkutan dimaksudkan untuk menjadikan suatu produk berguna dengan memindahkan produk-produk pertanian dari daerah produsen kekonsumen.  Agar lebih efisien, maka biaya transportasi harus memperhitungkan aspek-aspek lokasi produksi, area pasar yang dilayani, bentuk produk yang dipasarkan, ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan, macam alat dan kapasitas angkutan dan resiko kerusakan selama pengangkutan.

3.      Fungsi Fasilitas (facilitating function)
Fungsi fasilitas dapat terbagi lagi menjadi 4 fungsi, yaitu:
1.      Fungsi Standarisasi & Grading
Standarisasi adalah justifikasi kualitas yang seragam antara pembeli dan penjual, antar tempat dan antar waktu.  Standar adalah suatu ukuran dan ketentuan mutu yang diterima oleh umum sebagai suatu yang mempunyai nilai tetap.  Grading berarti memilih dan memilih produk-produk untuk dikelopokkan kedalam satuan atau unit atau kelas atau derajat tertentu yang ditetapkan.  Fungsi standarisasi dan greding dimaksudkan untuk menyederhanakan dan mempermudah serta meringankan biaya pemindahan komoditas melalui saluran tataniaga.

2.      Fungsi Penanggungan Risiko
Sepanjang pergerakan produk-produk pertanian dari sentra produksi
ke sentra konsumen senantiasa menghadapi kerusakan, kerugian, kehilangan dan risiko-risiko lainnya.  Pada dasarnya risiko digolongkan menjadi 3, yaitu:
a.       Risiko karena sifat fisik
Produk pertanian yang tidak tahan lama, mudah rusak, penyusutan berat dan volum, kehilangan dan kebakaran.  Oleh karena itu produk pertanian harus segera sampai kekonsumen.
b.      Risiko karena perubahan kondisi pasar
Risiko jenis ini antara lain risiko karena fluktuasi harga, risiko karena tempat, risiko karena unsur waktu, risiko persaingan dan risiko perubahan harga barang substitusi
c.       Risiko karena alam, manusia dan pemerintahan

3.      Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan merupakan bagian dari fungsi fasilitas yang tugasnnya adalah memperlancar kegiatan fungsi-fungsi lain dalam proses tataniaga.  Bagi lembaga-lembaga tataniaga yang memerlukan fasilitas pembiayaan umumnya harus dapat menunjukan kinerja yang baik yang dicerminkan oleh kredibilitas, solvabilitas dan likuiditasnya.

4.      Fungsi Informasi Pasar
Funsi informasi pasar dimaksudkan untuk menginformasikan ke konsumen apa yang tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah permintaan atau suatu produk.  Sebagai suati sistem, informasi pasar adalah serangkaian fasilitas informasi dan desain prosedur untuk memberikan informasi tentang pasar, lingkungan dan kinerja yang telah dicapai kepada manajemen perusahaan.

Sistem informasi pasar menggunakan orang, prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak untuk mencari dan mengumpulkan data dari lingkungan menggunakan data dari transaksi dan operasi dalam perusahaan kemudian menyortir, mengintegrasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi tersebut kepada pembuat keputusan tataniaga, dengan tujuan penyempurnaan atau pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tataniaga.

d.        Pendekatan Teori Ekonomi
Pendekatan ini merupakan kombinasi dari pendekatan-pendekatan sebelumnya. Pada pendekatan ini menggunakan konsep: penawaran, permintaan, pergeseran penawaran, dan permintaan, jumlah keseimbangan, harga keseimbangan, elastisitas yang dihadapi oleh setiap lembaga tataniaga, struktur pasar persaingan murni, oligopoli/oligopsoni, monopoli/monopsoni, persaingan monopolistik, dan monopsonistik.

Saat ini pembahasan ilmu tataniaga tidak lagi bersifat mikro, akan tetapi diperluas menjadi pembahasan yang lebih dinamis dan bersifat agregat. Dengan demikian tataniaga tidak lagi dapat dipisahkan dari pembahasan ekonomi masyarakat. Disamping itu perkembangan selanjutnya terjadi kecenderungan, bahwa disiplin tataniaga memiliki hubungan dengan permasalahan khusus dari sudut ekonomi perusahaan. Persoalan yang menyangkut pembiayaan, likuiditas, neraca rugi-laba, administrasi dan organisasi, kerkuasaan dan tanggungjawab, dan rentang kendali ( span of control ) juga menjadi perhatian dalam tataniaga.

e.         Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem adalah suatu telaahan yang sepenuhnya berlandaskan pada metodologi pemecahan masalah ( problem solving ) dan merupakan hasil modifikasi dari metode ilmu pengetahuan ( scientific method ). Mempelajari suatu masalah dan memformulasikan pemecahannya merupakan suatu aktifitas pengaturan sistem yang saling berhubungan seperti antara lain:
1.      Mendefinisikan suatu masalah ke dalam konteks sistem
2.      Mengumpulkan data dan fakta yang relevan dengan permasalahan
3.      Mengidentifikasi opsi-opsi solusi
4.      Mengevaluasi setiap opsi solusi.
5.      Memilih opsi solusi terbaik
6.      Mengimplementasikan opsi solusi yang terbaik
7.      Mengevaluasi hasil implementasi opsi solusi yang terpilih

Persepsi dan orientasi pendekatan sistem sangat penting untuk menelaah tataniaga yang sangat kompleks dan masalah koordinasi pada masing-masing tahapan proses koordinasi dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem tataniaga secara keseluruhan.

Untuk mengimplementasikan pendekatan sistem ini, harus diketahui terlebih dahulu ciri atau karakteristik sistem, baik yang sederhana maupun yang kompleks dan terkait juga dengan sifat komoditas tataniaga yang diteliti, strategis atau tidak. Kerakteristik sistem tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Dalam sistem tataniaga pertanian, bersamaan dengan aliran komoditasnya, terdapat pula muatan-muatan informasi yang menyertainya dan ini merupakan proses berkesinambungan serta berpotensi untuk menimbulkan hubungan timbal balik diantara variabel-variabel dalam sistem.
b.      Sistem memiliki pusat kendali untuk mengontrol dan mengidentifikasi aktifitas-aktifitas fungsi-fungsi tataniaga. Pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga harus dapat diketahui oleh pusat-pusat pengambilan keputusan, sehingga efisiensi sistem tataniaga dapat diperbaiki dan ditingkatkan secara keseluruhan.
c.       Mekanisme kontrol sangat diperlukan untuk mengintegrasikan aktifitas—aktivitas yang dapat diidentifikasikan kedalam suatu proses tataniaga. Dalam suatu sistem tataniaga, mekanisme kontrol bervariasi sesuai dengan struktur organisasi suatu sistem. Dalam sistem pertukaran aktivitas pada berbagai tahapan sistem dapat dikontrol oleh suatu lembaga tataniaga, maka memungkinkan lembaga tersebut untuk melakukan koordinasi pada berbagai tahap dalam sistem tataniaga.
Penerapan Pendekatan sistem ini, berarti sebagi upaya untuk memperbaiki efisiensi dalam sistem tataniaga suatu komoditas pertanian secara keseluruhan. Pembahasan fungsi-fungsi tataniaga pada setiap tahap tataniaga harus dipandang sebagai bagian dari seluruh fungsi-fungsi yang terdapat dalam sistem secara keseluruhan. Koordinasi sistem harus mempertimbangkan aktivitas-aktivitas antar tahapan tataniaga komoditas pertanian yang secara teknis berkaitan.

f.         Pendekatan Analisis Efisiensi Pemasaran
Pendekatan ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja pasar. Seringkali upaya
pencapaian efisiensi tata niaga merupakan kepentingan bagi banyak pihak seperti pemerintah, petani, pedagang dan masyarakat konsumen. Lazimnya dikenal ada tiga penyebab inefisiensi mekanisme tata niaga produk pertanian yaitu:
1.      Panjangnya saluran pemasara
2.      Tingginya biaya pemasaran
3.      Kegagalan pasar

Efisiensi tata niaga dapat diukur melalui evaluasi efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional dapat diaplikasikan pada kondisi di mana biaya pemasaran berkurang namun output meningkat, sedangkan efisiensi harga merupakan mekanisme evaluasi kinerja pasar berdasarkan asumsi pasar bersaing sempurna. Evaluasi dengan metode efisiensi harga dapat memberikan informasi kemampuan sistem tata niaga untuk mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan proses produksi dan pemasaran sesuai dengan keinginan konsumen (Crawford, 2000) sebab pada pasar persaingan sempurna harga pasar mencerminkan biaya produksi. Sebagaimana ukuran efisiensi pada umumnya, efisiensi harga dapat diukur melalui rasion antara input dan output.

Kriesberg dalam Anindita (2001) menyatakan bahwa kegunaan efisiensi harga dalam mengevaluasi sistem tata niaga tergantung pada empat kondisi
yaitu:
1.      Konsumen memiliki banyak alternatif pasar yang dituju, dengan kata lain pasar di wilayah tersebut tidak monopolistis
2.      Harga di pasar merefleksikan biaya produksi, tak ada subsidi atau intervensi kebijakan yang tak kompetitif
3.      Ada kebebasan untuk keluar masuk pasar
4.      Adanya persaingan antar pasar





III. KESIMPULAN


Berdasarkan hasil pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.        Pendekatan-pendekatan yang ada dalam tataniaga yaitu pendekatan serba barang ( Commodity Approach ), pendekatan serba lembaga ( institusional approach ), pendekatan serba fungsi ( functional approach ), pendekatan teori ekonomi ( economics theoritical approach ), pendekatan sistem ( system approach), dan pendekatan analisis efisiensi pemasaran.
2.        Fungsi-fungsi tataniaga dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu: fungsi pertukaran ( exchange function ), fungsi fisik ( physical function), dan fungsi fasilitas ( fasilitating function ).




DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2013. Makalah Pendekatan Tataniaga. http://todaypdf.org. Diakses pada tanggal 28 Maret 2014

Anonim. 2012. Beberapa Pendekatan Konseptual Dalam Telaah Tataniaga Pertanian. http://tatiek.lecture.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 28 Maret 2014

Hasyim, Ali Ibrahim. 2012. Tataniaga Pertanian. Bandar Lampung: Universitas   Lampung.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;