PENDEKATAN
TATANIAGA
(Tugas
Responsi Tataniaga Pertanian)
Oleh
Kelompok
3
Khairuni
Shalehah 1214131055
Marietta
Debora 1214131061
M.
Oldy Royantara 1214131065
Muher
Sukmayanto 1214131067
Nuri
Adi Wilaga 1214131075
Riki
Misgiantoro 1214131084
Rio
Khusnul Rizal 1214131085
Ristaully
Simarmata 1214131088
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tataniaga
adalah semua kegiatan yang diarahkan untuk mengenali dan memenuhi atau
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen ataupun pelanggan. Tataniaga juga disebut dengan pemasaran atau
dalam bahasa lain disebut marketing yang
berasal dari kata market yang artinya
pasar. Sedangkan tataniaga pertanian
adalah kegiatan yang menyalurkan produk-produk pertanian dan atau sarana
produksi pertanian dari titik produksi sampai ke titik konsumsi disertai
penciptaan kegunaan waktu, tempat, bentuk dan pengalihan hak milik oleh lembaga-lembaga
tataniaga dengan melakukan satu atau lebih fungsi-fungsi tataniaga.
Dalam
menelaah proses pergerakan tataniaga harus menggunakan beberapa pendekatan.
Pendekatan-pendekatan ini membantu kita dalam menciptakan sistem tataniaga yang
baik. Tataniaga juga perlu melakukan pendekatan-pendekatan yang biasa digunakan
untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam tataniaga hasil-hasil
pertanian. Pendekatan-pndekatan tersebut
yaitu pendekatan serba barang, pendekatan serba lembaga, pendekatan serba fungsi,
pendekatan teori ekonomi dan pendekatan sistem.
Setiap
pendekatan tentu memilki hubungan yang saling terkait. Kompleksitas tata niaga
produk pertanian mengimplikasikan sejumlah keadaan pasar yang menjual produk
pertanian dengan berbagai kualitas, harga, karakteristik penjual dan pembeli,
negosiasi harga sebagainya. Dalam upaya mempelajari realitas tata niaga produk
pertanian yang tidak linier dan rumit diperlukan
alternatif pendekatan
konseptual. Pendekatan konseptual dapat diartikan sebagai cara pandang terhadap
suatu masalah dari satu sudut pandang tertentu, sehingga masalah tersebut
menjadi semakin jelas dan mudah diselesaikan
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui pendekatan-pendekatan dalam tataniaga
2.
Untuk
mengetahui fungsi-fungsi dalam tataniaga pertanian
II. ISI
Tataniaga adalah semua
kegiatan yang diarahkan untuk mengenali dan memenuhi atau memuaskan kebutuhan
dan keinginan konsumen ataupun pelanggan. Tataniaga pertanian adalah kegiatan
yang menyalurkan produk-produk pertanian dan atau sarana produksi pertanian
dari titik produksi sampai ke titik konsumsi disertai penciptaan kegunaan
waktu, tempat, bentuk dan pengalihan hak milik oleh lembaga-lembaga tataniaga
dengan melakukan satu atau lebih fungsi-fungsi tataniaga.
Untuk menelaah proses
pergerakan komoditas tataniaga, pada dasarnya harus menggunakan beberapa
pendekatan. Pendekatan-pendekatan
tersebut yaitu pendekatan serba barang (commodity
approach), pendekatan serba lembaga (institutional
approach), pendekatan serba fungsi (functional
approach), pendekatan teori ekonomi (economic
theory approach) dan pendekatan sistem (system
approach). Masing-masing pendekatan
tersebut tidak dapat berdiri sendiri, maka harus memerlukan pendekatan lainnya
agar dapat memberikan manfaat yang lebih menyeluruh.
Berikut ini beberapa
pendekatan-pendekatan dalam tataniaga:
a.
Pendekatan
serba barang (commodity approach)
Dalam
pendekatan ini harus diawali dengan menetapkan komoditas pertanian apa yang
harus dikaji. Pendekatan seperti ini
dinamakan pendekatan komoditas. Kemudian
bagi seorang peneliti harus mengamati dan mengikuti aliran komoditas tersebut
dari titik produksi sampai dengan titik konsumsi terakhir dan secara simultan
mempelajari gambaran perlakuan apasaja
terhadap
komoditas pertanian tersebut dan bagaimana suatu komoditas
pertanian
dipasarkan secara efisien. Kelebihan utama dalam pendekatan ini terletak pada
proses penyederhanaan, sehingga dengan menitik-beratkan hanya pada satu
komoditas pertanian saja maka kompleksitas situasi tataniaga dapat
disederhanakan dan aliran komoditas pertanian dapat digambarkan secara jelas.
Oleh karena adanya
kesulitan menentukan populasi masing-masing lembaga tataniaga, maka untuk
keperluan menentukan sampel bagi masing-masing lembaga umumnya menggunakan
teknik penarikan sampel “salju menggelinding” (snowbowling sampling), yaitu dengan terlebih dahulu menentukan
tingkat pertama dari lembaga-lembaga tataniaga yang diteliti secara random sampling, sedangkan sample
selanjutnya ditentukan berdasarkan arus pergerakan komoditas tersebut. Pendekatan ini kurang memperhatikan konsep
koordinasi antar tahapan tataniaga yang sangat penting untuk meningkatkan
efisiensi sistem tataniaga secara keseluruhan.
b.
Pendekatan
serba lembaga (institutional approach)
Lembaga
yang dimaksudkan disini adalah lembaga yang mempunyai peran dalam aktivitas
tataniaga–tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang penengah, pengolah, pedagang
besar, pengecer, lembaga pengakutan, pengkreditan dan lain sebagainya. Peneliti harus dapat menentukan
lembaga-lembaga tataniaga yang benar-benar berperan dalam proses tataniaga
untuk dikaji.
Lembaga
tataniaga ini sangat penting, sebab merekalah yang melakukan proses pengambilan
keputusan dalam proses tataniaga komoditas pertanian. Tanpa adanya lembaga tataniaga ini, maka
proses dan sistem tataniaga tidak akan mengalami perubahan, perkembangan dan
proses-proses penyesuaian. Selain itu
tidak hanya penting bagi para produsen saja tetapi bagi lembaga-lembaga itu
sendiri sehubungan dengan jasa-jasa yang telah mereka berikan, baik yang
menguntungkan atau tidak.
c.
Pendekatan
serba fungsi (functional approach)
Fungsi
tataniaga merupakan kegiatan pokok yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
proses tataniaga. Proses tataniaga
meliputi beberapa fungsi yang harus dilaksanakan oleh produsen dan
lembaga-lembaga yang terlibat dalam mata rantai tataniaga serta harus
diakomodasikan oleh produsen dan rantai saluran barang dan jasa.
Secara
teoritis, fungsi-fungsi tataniaga dapat digolongkan kedalam tiga golongan,
yaitu :
1.
Fungsi
Pertukaran (exchange function)
Fungsi
pertukaran dapat terbagi lagi menjadi 2 fungsi, yaitu :
a.
Fungsi
Pembelian
Pembelian
merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemindahan dan atau pemilikan sejumlah
barang untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
Tujuannya, pembelian yang umum terjadi dapat dibedakan:
1.
Pembelian
untuk konsumsi, adalah pembelian untuk lembaga pemerintahan, swasta, dan nyonya
rumah tangga untuk keperluan konsumsinya.
2.
Pembelian
untuk bahan baku bagi manufaktur untuk dijadikan barang jadi.
3.
Pembelian
untuk dijual lagi, yaitu pembelian oleh pedagang untuk dijual lagi.
Dalam menganalisis pembelian dan
pengumpulan seyogianya memperhatikan hal-hal yang berlaku dalam fungsi tersebut,
yaitu :
1.
Menetapkan
kuantitas dan kualitas dari barang-barang yang dibutuhkan
2.
Menentukan
tempat, sumber-sumber pembelian dan pengumpulan barang
3.
Mengetahui
keadaan pasar terutama mengenai persediaan barang, harga, macam barang dan
barang substitusinya
4.
Merundingkan
syarat-syarat pembelian
5.
Melaksanakan
transaksi secara resmi dan pemindahan hak milik dari penjual ke pembeli
termasuk waktu penyerahannya.
b.
Fungsi
Penjualan
Penjualan
merupakan salah satu bagian fungsi pertukaran yang diarahkan untuk mendapatkan
permintaan konsumen (pelanggan) dari produk yang dihasilkan. Tentu saja, agar respon permintaan itu
tinggi, maka keinginan dang kepuasan konsumen harus tercapai. Daya tarik kepuasan konsumen akan terjadi
bila selalu dijaga kualitas yang baik, penetapan harga yang layak, tepat jumlah
dan ukuran, tepat dalam waktu dan saling menjaga kepercayaan. Dengan demikian, produsen atau pelaku
tataniaga dapat meningkatkan produksi karena permintaan terus bertambah, menjaga
keseimbangan penawaran dan permintaan dan memperoleh keuntungan yang lebih
meningkat, karena biaya produksi per unit menjadi lebih rendah.
Pada
dasarnya kegiatan penjualan dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1.
Penjualan
melalui inspeksi (pengawasan dan pemeriksaan)
Penjualan
melalui pengawasan atau pemeriksaan dimaksudkan adanya pemberian izin oleh para
penjual kepada pembeli untuk memeriksa dan meneliti semua persediaan dari
penjual sebelum pembeli memilih apa yang akan dibelinya atau untuk memeriksa
semua barang-barang yang dipergunakan didalam ruangan penjualan tertentu.
2.
Penjualan
melalui sampel (selling by sample)
Penjualan
melalui sampel ini berdasarkan kepada prinsip-prinsip standarisasi, sehingga
sampel dari barang yang diperdagangkan akan merupakan wakil untuk semua unit
barang yang akan dijual.
3.
Penjualan
melalui penggambaran (description)
Penjualan
dengan penggambaran terjadi karena anggapan bahwa barang-barang akan bisa
digunakan sedemikian rupa didalam katalog-katalog, sehingga dengan demikian tidak
satu unit barang pun perlu ada pada waktu penjualan diselesaikan.
4.
Penjualan
melalui kombinasi
Penjualan
kombinasi antara selling by sampel,
selling by inspection dan selling by description telah menjadi biasa
didalam perdagangan yang modern.
2.
Fungsi
Fisik (physical function)
Fungsi
fisik dapat terbagi lagi menjadi 3 fungsi, yaitu:
a.
Fungsi
Penyimpanan
Penyimpanan
berarti menahan barang-barang selama jangka waktu antara dihasilkan atau
diterima sampai dengan dijual. Ada
beberapa tujuan akan pentingnya penyimpanan untuk produk-produk pertanian,
yaitu:
1.
Produk
bersifat musiman, sedangkan pola konsumsi tetap dari waktu ke waktu
2.
Adanya
permintaan akan produk pertanian yang berbeda sepanjang tahun
3.
Perlu
waktu untuk menyalurkan produk dari produsen ke konsumen
4.
Perlunya
stok persedian untuk musim berikutnya
5.
Mengurangi
fluktuasi harga yang berlebihan
6.
Menghindari
serangan dan penyakit selama berlangsungnya proses tataniaga
Penyimpanan merupakan fungsi yang
aktivitasnya bersifat produktif, sehingga memerlukan biaya untuk pemeliharaan
fasilitas sarana penyimpanan, bunga modal fasilitas penyimpanan, resiko
kerusakan barang, penurunan nilai, perubahan harga, dan keadaan ekonomi lainnya,
serta pengadaan bahan-bahan pestisida dan peralatannya, konstruksi tempat
penyimpanan sesuai karakteristik produk pertanian.
b.
Fungsi
Pengolahan
Pengolahan
produk terutama untuk produk-produk pertanian sangat strategis. Hal ini dapat meningkatkan nilai guna karena,
perubahan bentuk (form utility) akan
memberikan keuntungan dan manfaat yaitu, kepuasan konsumen bertambah,
meningkatkan nilai tambah, banyak menyerap tenaga kerja dan secara makro dapat
meningkatkan efek berganda (multiplier
effeck) dalam perekonomian.
c.
Fungsi
Pengangkutan (Transportasi)
Fungsi
pengengkutan dimaksudkan untuk menjadikan suatu produk berguna dengan
memindahkan produk-produk pertanian dari daerah produsen kekonsumen. Agar lebih efisien, maka biaya transportasi
harus memperhitungkan aspek-aspek lokasi produksi, area pasar yang dilayani,
bentuk produk yang dipasarkan, ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan, macam
alat dan kapasitas angkutan dan resiko kerusakan selama pengangkutan.
3.
Fungsi
Fasilitas (facilitating function)
Fungsi
fasilitas dapat terbagi lagi menjadi 4 fungsi, yaitu:
1.
Fungsi
Standarisasi & Grading
Standarisasi
adalah justifikasi kualitas yang seragam antara pembeli dan penjual, antar
tempat dan antar waktu. Standar adalah
suatu ukuran dan ketentuan mutu yang diterima oleh umum sebagai suatu yang
mempunyai nilai tetap. Grading berarti
memilih dan memilih produk-produk untuk dikelopokkan kedalam satuan atau unit
atau kelas atau derajat tertentu yang ditetapkan. Fungsi standarisasi dan greding dimaksudkan
untuk menyederhanakan dan mempermudah serta meringankan biaya pemindahan
komoditas melalui saluran tataniaga.
2.
Fungsi
Penanggungan Risiko
Sepanjang
pergerakan produk-produk pertanian dari sentra produksi
ke
sentra konsumen senantiasa menghadapi kerusakan, kerugian, kehilangan dan
risiko-risiko lainnya. Pada dasarnya
risiko digolongkan menjadi 3, yaitu:
a.
Risiko
karena sifat fisik
Produk
pertanian yang tidak tahan lama, mudah rusak, penyusutan berat dan volum,
kehilangan dan kebakaran. Oleh karena
itu produk pertanian harus segera sampai kekonsumen.
b.
Risiko
karena perubahan kondisi pasar
Risiko
jenis ini antara lain risiko karena fluktuasi harga, risiko karena tempat,
risiko karena unsur waktu, risiko persaingan dan risiko perubahan harga barang
substitusi
c.
Risiko
karena alam, manusia dan pemerintahan
3.
Fungsi
Pembiayaan
Pembiayaan
merupakan bagian dari fungsi fasilitas yang tugasnnya adalah memperlancar
kegiatan fungsi-fungsi lain dalam proses tataniaga. Bagi lembaga-lembaga tataniaga yang
memerlukan fasilitas pembiayaan umumnya harus dapat menunjukan kinerja yang
baik yang dicerminkan oleh kredibilitas, solvabilitas dan likuiditasnya.
4.
Fungsi
Informasi Pasar
Funsi
informasi pasar dimaksudkan untuk menginformasikan ke konsumen apa yang
tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah permintaan atau suatu produk. Sebagai suati sistem, informasi pasar adalah
serangkaian fasilitas informasi dan desain prosedur untuk memberikan informasi
tentang pasar, lingkungan dan kinerja yang telah dicapai kepada manajemen
perusahaan.
Sistem
informasi pasar menggunakan orang, prosedur, perangkat keras dan perangkat
lunak untuk mencari dan mengumpulkan data dari lingkungan menggunakan data dari
transaksi dan operasi dalam perusahaan kemudian menyortir, mengintegrasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi tersebut kepada
pembuat keputusan tataniaga, dengan tujuan penyempurnaan atau pengembangan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tataniaga.
d.
Pendekatan
Teori Ekonomi
Pendekatan
ini merupakan kombinasi dari pendekatan-pendekatan sebelumnya. Pada pendekatan
ini menggunakan konsep: penawaran, permintaan, pergeseran penawaran, dan
permintaan, jumlah keseimbangan, harga keseimbangan, elastisitas yang dihadapi
oleh setiap lembaga tataniaga, struktur pasar persaingan murni,
oligopoli/oligopsoni, monopoli/monopsoni, persaingan monopolistik, dan
monopsonistik.
Saat
ini pembahasan ilmu tataniaga tidak lagi bersifat mikro, akan tetapi diperluas
menjadi pembahasan yang lebih dinamis dan bersifat agregat. Dengan demikian tataniaga
tidak lagi dapat dipisahkan dari pembahasan ekonomi masyarakat. Disamping itu
perkembangan selanjutnya terjadi kecenderungan, bahwa disiplin tataniaga
memiliki hubungan dengan permasalahan khusus dari sudut ekonomi perusahaan.
Persoalan yang menyangkut pembiayaan, likuiditas, neraca rugi-laba,
administrasi dan organisasi, kerkuasaan dan tanggungjawab, dan rentang kendali
( span of control ) juga menjadi
perhatian dalam tataniaga.
e.
Pendekatan
Sistem
Pendekatan
sistem adalah suatu telaahan yang sepenuhnya berlandaskan pada metodologi
pemecahan masalah ( problem solving )
dan merupakan hasil modifikasi dari metode ilmu pengetahuan ( scientific method ). Mempelajari suatu
masalah dan memformulasikan pemecahannya merupakan suatu aktifitas pengaturan
sistem yang saling berhubungan seperti antara lain:
1.
Mendefinisikan
suatu masalah ke dalam konteks sistem
2.
Mengumpulkan
data dan fakta yang relevan dengan permasalahan
3.
Mengidentifikasi
opsi-opsi solusi
4.
Mengevaluasi
setiap opsi solusi.
5.
Memilih
opsi solusi terbaik
6.
Mengimplementasikan
opsi solusi yang terbaik
7.
Mengevaluasi
hasil implementasi opsi solusi yang terpilih
Persepsi dan orientasi pendekatan sistem
sangat penting untuk menelaah tataniaga yang sangat kompleks dan masalah
koordinasi pada masing-masing tahapan proses koordinasi dalam rangka
meningkatkan efisiensi sistem tataniaga secara keseluruhan.
Untuk mengimplementasikan pendekatan
sistem ini, harus diketahui terlebih dahulu ciri atau karakteristik sistem,
baik yang sederhana maupun yang kompleks dan terkait juga dengan sifat
komoditas tataniaga yang diteliti, strategis atau tidak. Kerakteristik sistem
tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Dalam
sistem tataniaga pertanian, bersamaan dengan aliran komoditasnya, terdapat pula
muatan-muatan informasi yang menyertainya dan ini merupakan proses
berkesinambungan serta berpotensi untuk menimbulkan hubungan timbal balik
diantara variabel-variabel dalam sistem.
b.
Sistem
memiliki pusat kendali untuk mengontrol dan mengidentifikasi
aktifitas-aktifitas fungsi-fungsi tataniaga. Pelaksanaan fungsi-fungsi
tataniaga harus dapat diketahui oleh pusat-pusat pengambilan keputusan,
sehingga efisiensi sistem tataniaga dapat diperbaiki dan ditingkatkan secara
keseluruhan.
c.
Mekanisme
kontrol sangat diperlukan untuk mengintegrasikan aktifitas—aktivitas yang dapat
diidentifikasikan kedalam suatu proses tataniaga. Dalam suatu sistem tataniaga,
mekanisme kontrol bervariasi sesuai dengan struktur organisasi suatu sistem. Dalam
sistem pertukaran aktivitas pada berbagai tahapan sistem dapat dikontrol oleh
suatu lembaga tataniaga, maka memungkinkan lembaga tersebut untuk melakukan
koordinasi pada berbagai tahap dalam sistem tataniaga.
Penerapan Pendekatan sistem ini, berarti
sebagi upaya untuk memperbaiki efisiensi dalam sistem tataniaga suatu komoditas
pertanian secara keseluruhan. Pembahasan fungsi-fungsi tataniaga pada setiap
tahap tataniaga harus dipandang sebagai bagian dari seluruh fungsi-fungsi yang
terdapat dalam sistem secara keseluruhan. Koordinasi sistem harus
mempertimbangkan aktivitas-aktivitas antar tahapan tataniaga komoditas
pertanian yang secara teknis berkaitan.
f.
Pendekatan
Analisis Efisiensi Pemasaran
Pendekatan ini dilakukan untuk
mengevaluasi kinerja pasar. Seringkali upaya
pencapaian efisiensi tata niaga
merupakan kepentingan bagi banyak pihak seperti pemerintah, petani, pedagang
dan masyarakat konsumen. Lazimnya dikenal ada tiga penyebab inefisiensi
mekanisme tata niaga produk pertanian yaitu:
1.
Panjangnya
saluran pemasara
2.
Tingginya
biaya pemasaran
3.
Kegagalan
pasar
Efisiensi tata niaga dapat diukur
melalui evaluasi efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi
operasional dapat diaplikasikan pada kondisi di mana biaya pemasaran berkurang
namun output meningkat, sedangkan efisiensi harga merupakan mekanisme evaluasi
kinerja pasar berdasarkan asumsi pasar bersaing sempurna. Evaluasi dengan
metode efisiensi harga dapat memberikan informasi kemampuan sistem tata niaga
untuk mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan proses produksi dan
pemasaran sesuai dengan keinginan konsumen (Crawford, 2000) sebab pada pasar
persaingan sempurna harga pasar mencerminkan biaya produksi. Sebagaimana ukuran
efisiensi pada umumnya, efisiensi harga dapat diukur melalui rasion antara
input dan output.
Kriesberg dalam Anindita (2001)
menyatakan bahwa kegunaan efisiensi harga dalam mengevaluasi sistem tata niaga
tergantung pada empat kondisi
yaitu:
1.
Konsumen
memiliki banyak alternatif pasar yang dituju, dengan kata lain pasar di wilayah
tersebut tidak monopolistis
2.
Harga
di pasar merefleksikan biaya produksi, tak ada subsidi atau intervensi
kebijakan yang tak kompetitif
3.
Ada
kebebasan untuk keluar masuk pasar
4.
Adanya
persaingan antar pasar
III.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pendekatan-pendekatan
yang ada dalam tataniaga yaitu pendekatan serba barang ( Commodity Approach ), pendekatan serba lembaga ( institusional approach ), pendekatan
serba fungsi ( functional approach ),
pendekatan teori ekonomi ( economics
theoritical approach ), pendekatan sistem ( system approach), dan pendekatan analisis efisiensi pemasaran.
2.
Fungsi-fungsi
tataniaga dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu: fungsi pertukaran ( exchange function ), fungsi fisik ( physical function), dan fungsi fasilitas
( fasilitating function ).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2013. Makalah Pendekatan Tataniaga. http://todaypdf.org.
Diakses pada tanggal 28 Maret 2014
Anonim.
2012. Beberapa Pendekatan Konseptual
Dalam Telaah Tataniaga Pertanian. http://tatiek.lecture.ub.ac.id. Diakses
pada tanggal 28 Maret 2014
Hasyim,
Ali Ibrahim. 2012. Tataniaga Pertanian.
Bandar Lampung: Universitas Lampung.
0 komentar:
Posting Komentar